Kamis, 29 Oktober 2009

Klub Musik Jogja Jazz Club



Ide Jogja Jazz Club berawal dari diadakannya Jazz Gayeng Jogja Jazz Festival pertama pada bulan Oktober tahun 2001 dimana muncul ide untuk membuat semacam wadah untuk berkumpul dan berinteraksi antar penggemar dan musisi jazz dan bisa saling belajar dan bertukar informasi mengenai musik jazz. Agung Prasetyo (pemain bass), Tuti Ardi (vokalis) dan BJ (drums) dari grup jazz Tuti 'n' Friends bersama WartaJazz.com berinisiatif untuk meminta ijin dari Gajah Wong Cafe tempat dimana grup ini biasa bermain untuk menyediakan tempat bagi wadah ini, dan pada bulan Januari 2002 dimulailah ajang berkumpul ini yang diadakan setiap minggu sekali.


Kegiatan Jogja Jazz Club sendiri terus berkembang selain setiap minggu mengadakan jam session bersama dan diskusi juga beberapa kali mengadakan workshop dari musisi-musisi jazz luar negeri yang mengadakan konser di Yogyakarta.

Pada perkembangannya karena peminatnya yang semakin banyak baik dari kalangan pelajar, mahasiswa maupun masyarakat umum maka ajang berkumpul di pindahkan ke Press Corner/Shaker Cafe yang lebih luas dan terbuka. Sampai saat ini dari Jogja Jazz Club juga telah terbentuk beberapa grup jazz dan telah mendukung acara-acara dan kegitan-kegiatan musik jazz di beberapa tempat.


Dengan bekerjasama dan didukung WartaJazz.Com Jogja Jaz Club juga menyediakan library berupa buku, majalah, CD, kaset, video.

sumber : www.id.88db.com






LIRIK LAGU

Anang Hermansah - Separuh Jiwaku Pergi


Separuh Jiwaku Pergi
Memang indah semua
Tapi berakhir luka

Reff:
Benar ku mencintaimu
Tapi tak begini
Kau khianati hati ini
Kau curangi aku

Kau bilang tak pernah bahagia
Selama dengan aku
Itu ucap bibirmu
Kau dustakan semua
Yang kita bina
Kau hancurkan semua


sumber : www.musikliriklagu-avrillia.blogspot.com

LUCKY, PIMPINAN LITTLE KERONCONG

Posted by: Admin in Edisi 05

Lucky

Lucky

Pria yang berprofesi sebagain PNS di Pemda Kabupaten Bandung ini tidak bisa dipisahkan dari keberadaan seniman keroncong jalanan di Kota Bandung. Ketika ditemui Tjroeng pada sebuah perhelatan keroncong di Bandung medio September 2008 lalu ia mengatakan , ”Musik keroncong saat ini berjalan di tempat”. “Perlu dilakukan terobosan dengan membawakan lagu-lagu baru dengan musik yang lebih dinamis”, imbuhnya.

“Saya berharap pemerintah bisa lebih memperhatikan keberadaan keroncong termasuk senimannya”. Harapan Lucky ini seperti gayung bersambut, karena Dede Yusuf, Wakil Gubernur Jawa Barat pada sebuah acara keroncong di Bandung mengatakan,”Pemerintah akan memfasilitasi dan memberikan ruang seluas-luasnya supaya musik keroncong bisa menjadi musik hiburan pada acara-acara pemerintahan di propinsi dan kabupaten”. Semoga janji Wakil Gubernur Jawa Barat ini benar-benar ditepati.

Harapan lain Lucky yang tidak kalah pentingnya adalah adanya suatu tempat bagi seniman keroncong untuk berkumpul, berdiskusi, dan berkreatifitas dengan adanya penampilan musik keroncong secara rutin. Namun demikian Lucky berharap supaya pelaku keroncong bisa meninggalkan ego masing-masing. Musik keroncong tidak maju itu salah satu penyebabnya karena pelaku keroncong tidak mau bersatu, dan lebih mementingkan kepentingan groupnya. “Kalau selamanya seperti itu jangan berharap keroncong di Bandung bisa maju”, pungkas Lucky. (Mboets)


Sumber : www.tjroeng.com

Musik Keroncong …. Siapa Punya ….?

Posted by: Admin in Edisi 05

Lilik Jascee

Lilik Jascee

Masih sering kita mendengar pendapat yang menyatakan bahwa musik keroncong adalah jenis musik yang berasal dari Portugis. Pendapat itu terlontar karena banyak sebagian dari mereka yang hanya ikut-ikutan untuk menyatakan pendapat tersebut tanpa mau tahu atau berusaha untuk mengetahui sejarah musik keroncong itu sendiri.

Berbicara mengenai musik keroncong memang tidak bisa meninggalkan pengaruh bangsa Portugis karena yang memperkenallkan musik diatonis pada bangsa Indonesia itu kemungkinan besar adalah bangsa Portugis,dimulai dari kedatangan bangsa Portugis dikepulauan Indonesia sebelum abad XVI untuk mengadakan perdagangan,terutama di kepulauan Maluku yang merupakan pusat rempah-rempah. Bangsa Portugis juga mengikutsertakan bangsa dari benua asia lain diantaranya bangsa India,bangsa Melayu dan Ceylon yang dijadikan sebagai budak-budak mereka,yang dikemudian hari ada yang membentuk keluarga dengan orang-orang Portugis itu sendiri dan yang pada akhirnya keturunan dari mereka disebut Indo Portugis atau Portugis Hitam yang nantinya mereka sebut dengan istilah Mardykers,yang mana mereka sering memainkan pertunjukan musik untuk mengisi waktu-waktu luang mereka. Dengan alat-alat yang mereka bawa ataupun mereka bikin sendiri dikampung mereka,seperti Rebana,Mandolin,Gitar,Ukulele dan juga alat-alat perkusi semacam tamborin,,triangle dll.

Asal-muasal nama “keroncong” sendiri sampai saat ini memang tidak begitu jelas. Ada beragam pendapat mengenai sebutan atau istilah ‘keroncong’.meskipun pada kenyataannya sampai saat ini masih sangat kabur dikarenakan memang sangat sulit untuk menemukan tulisan-tulisan mengenai literature yang membahas masalah musik keroncong.

Ada yang berpendapat bahwa nama “keroncong” itu dari nama alat musik semacam gitar kecil /ukulele dari Polynesia yang disebut “Crouco”.Ada juga yang berpendapat nama keroncong itu dari bunyi suara gelang kaki penari ngremo dari Madura. Sedangkan kalau penulis sendiri lebih setuju pada pendapat yang menyatakan bahwa nama “keroncong” itu adalah diambil dari terjemahan bunyi Ukulele yang dimainkan secara rasgueado atau dengan cara digaruk sehingga menimbulkan bunyi crong…crong..ken crong..karena ini seperti kebiasaan orang Indonesia yang menamakan sesuatu sering dikaitkan dengan bunyi yang dihasilkan dari medium tersebut,sama seperti halnya musik dangdut yang diambil dari bunyi gendangnya.

Dengan adanya pengaruh dari bangsa Portugis seperti yang terurai diatas apakah kita lantas menerima begitu saja kleim yang menyatakan bahwa musik keroncong yang indah yang kita nikmati sampai saat ini adalah musik yang berasal dari Portugis..? ataukah kita sependapat dengan pandangan para pendahulu kita yang tampaknya bangga dengan mengaku musik keroncong berasal dari Portugis….

Adalah suatu kerugian kekayaan intelektual kalau kita tidak sesegera mungkin untuk mengakui bahwa musik keroncong itu adalah asli musik Indonesia yang bisa menjadi salah satu asset kekayaan budaya bangsa. Akan tetapi kita pun tidak bisa hanya dengan asal-asalan untuk menyatakan bahwa musik keroncong adalah musik yang lahir di bumi Indonesia , tanpa disertai bukti-bukti kuat yang dapat dipercaya dan mampu membuktikannya. Salah satunya kita harus mau menelusuri sejarah perkembangan musik keroncong itu sendiri dan mampu menganalisa baik secara bentuk lagu dan ciri-cirinya serta memperbandingkannya dengan musik tradisional terutama tradisional Jawa dimana musik keroncong berkembang pesat.

Beberapa hal yang harus kita ketahui untuk menyadarkan bahwa musik keroncong itu adalah musik Indonesia asli adalah seperti berikut :

· Sebagai bangsa penjajah,bangsa Portugis tidak meninggalkan musik/lagu yang sejenis dengan musik/irama keroncong pada bangsa lain (kecuali yang ada orang Indonesianya).

· Di Portugal tidak ada grup musik yang memainkan alat musik seperti yang dimainkan oleh pemusik keroncong di Indonesia ,ataupun yang mirip dengan irama yang dimainkan para musisi keroncong.

· Di Portugis tidak ada pemusik yang mampu memainkan irama keroncong,dan kalaupun ada itu pasti pernah belajar pada orang Indonesia .

Paparan diatas sedikit banyak membuka wawasandan pengetahua kita untuk membuktikan tentang permasalahan yang selama ini masih menimbulkan keragu-raguan pada masyarakat awam. Akan tetapi alangkah lebih baik kita juga mampu meninjau dari kaidah-kaidah musik barat maupun musik tradisi sebagai perbandingan yang akan menunjukkan bahwa musik keroncong itu adalah “Genius Product” atau kekayaan intelektual dari nenek moyang bangsa Indonesia . Untuk itu dibawah ini ada beberapa uraian tentang musik keroncong yang perlu diketahui terutama bagi para pecinta musik keroncong sendiri.

1. Musik Keroncong

Musik keroncong adalah suatu jenis musik atau aliran musik yang lahir di Indonesia yang dipengaruhi oleh musik barat (diatonis) sehingga bukan termasuk sebagai musik tradisional melainkan salah satu jenis musik diatonis (world musik) yang banyak berkembang pada saat ini. Adapun pada perkembangan selanjutnya akan berkolaborasi dengan jenis musik tradisional.

2. Orkes Keroncong

Yang dimaksud dengan orkes keroncong adalah susunan pemain ataupun instrumentnya.Seperti kita ketahui bahwa susunan yang baku (Bezetting) dalam musik keroncong sejak tahun 1930 adalah 7 orang yaitu : Biola, Flute, Cak (banjo),Cuk (Ukulele),Gitar,Cello,dan Bas. Susunan instrument seperti ini adalah berkat jasa M.Sagi seorang Violinist keroncong yang amat terkenal sekitar tahun 1930. Meskipun penyebutan kata orkes sendiri kalau di kaitkan dengan kaidah musik barat memang kurang tepat mengingat instrument yang dipakai tidak semuanya mewakili musik yang dimainkan untuk suatu orkestra.

3. Lagu-lagu keroncong

Lagu keroncong yang baku adalah yang disebut dengan Keroncong Asli, Langgam keroncong, Stambul,Lagu Ekstra dan Langgam Jawa

· Keroncong Asli

Keroncong asli adalah bentuk lagu tiga bagian yaitu A-B-C dengan harmoni atau pergerakan akornya mempunyai susunan yang sudah baku (pakem) serta jumlah birama yang baku yaitu 28 birama ,meskipun pada perkembangannya saat ini banyak yang memvariasikan progresi akornya namun tidak dengan jumlah biramanya:

Progresi Keroncong Asli adalah sebagai berikut:

I - - - I - - - V - - -V - - -II7 - - -II7 - - -V - - -V- - -( angkatan/permulaan)

V - - -V - - -(miden spel,semacam bridge yang hanya berisi musik)

IV - - -IV - - -IV - - -IV - V - I - - -I - - - -(Ole-ole, atau yang sering juga

V - - -V - - -I - - -IV -V – disebut reff )

I- - - -IV - V - I - - -I - - -( senggaan yang biasanya dipakai sebagai intro)

V - - -V - - -I - - -I (IV- V -) (apabila dimainkan dua kali)

· Langgam Keroncong

Lagu langgam adalah lagu bentuk tiga bagian ,Dalam lagu langgam keroncong jumlah birama yang baku adalah 32 birama,dengan ketentuan syair adalah A-A’-B-A’.

Progresi Langgam Keroncong adalah sebagai berikut:

I - - -IV-V- I - - - I - - -V - - -V - - -I - - -I - - -( syair/bait I)

I - - -IV-V- I - - - I - - -V - - -V - - -I - - -I - - -( syair/bait II)

IV - - -IV - - -I - - -I - - -II7 - - -II7 - - - V - - - V - - -(Reff)

I - - -IV-V- I - - - I - - -V - - -V - - -I - - -I - - -(pengulangan lagu bait II)

Lagu langgam dipelopori oleh Gesang pada tahun 1940 dengan langgamnya yang berjudul ‘Bengawan Solo’ yang kalau kita analisa struktur lagunya menggunakan Amerika song Form,karena begitu besarnya pengaruh lagu-lagu barat saat itu.

· Stambul

Ada yang mengatakan bahwa nama stambul ini diambil dari sebutan komedi (sandiwara) yang sangat marak pada sekitar tahun 1920. Bentuk musik stambul ini muncul dikarenakan pada waktu itu musik keroncong seakan tersisih dengan musik Jazband yang mengusung lagu-lagu barat. Untuk bentuk stambul ini ada dua macam penyebutannya yaitu Stambul I (lagu bentuk Satu bagian,A-A’terdiri dari 16 birama) dan Stambul II (lagu bentuk tiga bagian A-B-A-B,terdiri dari 32 birama).

Progresi Stambul I

IV - - -IV - - -I - - -I - - -V - - -V - - - I - - -I - - - ( lagu bagian pertama)

IV - - -IV - - -I - - -I - - -V - - -V - - - I - - -I - - - (pengulangan )

Biasanya dalam lagu stambul I ini liriknya berupa pantun,contohnya pada lagu “Si Jampang”.

Progresi Stambul II

(I - - -I - - -)IV - - -IV - - -IV - - -IV -V- I - - - IV -V- (lagu bag.pertama )

I - - -I - - -V - - -V - - -V - - -V - - - I - - - IV –V - (lagu bag. kedua )

I - - -I - - -IV - - -IV - - -IV - - -IV -V- I - - - IV -V- (pengulangan pertama)

I - - -I - - -V - - -V - - -V - - -V - - - I - - - I (IV -V-) (pengulangan kedua)

Secara ilmu bentuk analisa dalam aturan musik barat,Stambul II merupakan lagu bentuk tiga bagian (A-B-A’-B’). Lagu jenis stambul ini berkembang di Jawa Timur dengan adanya theater rakyat komedi stambul dengan menggunakan lagu-lagu keroncong di atas panggung pertunjukan sebagai musik selingan maupun bagian dari drama itu sendiri.

· Lagu Ekstra

Yang dimaksud dengan lagu ekstra adalah lagu-lagu yang bentuknya diluar dari lagu keroncong asli,langgam maupun stambul. Susunan akornya dan jumlah biramanya tidak dibatasi dan bervariasi.Lagu-lagu ekstra ini biasanya adalah pengaruh dari lagu-lagu tradisional,yang mempunyai sifat pembawaan merayu,riang dan jenaka,contohnya pada lagu “Gundul-gundul pacul”,”Padang Bulan” dan sebagainya.

· Langgam Jawa

Atas instruksi presiden pada sekitar tahun 1958 yang melarang lagu-lagu barat,maka bermunculan lagu-lagu daerah yang dikemas dalam irama popular. Hal ini menjadikan tantangan para musisi keroncong pada waktu itu untuk berkreasi ,maka munculah irama langgam Jawa. Bentuk lagu dari Langgam Jawa ini ada yang mendekati langgam keroncong dan ada pula yang mirip dengan bentuk lagu ekstra.

Yang perlu diperhatikan dalam langgam jawa terdapat sifat ke-paralel-an dari alat musik /instrumen musik barat terhadap instrument musik jawa(gamelan).Perhatikan ke-paralel-an tersebut:

Biola ………Rebab

Flute ………Suling

Gitar ………..Celempung,gambang

Cuk ………..Kethuk,Bonang,Kromong

Cak ………..Kecapi

Cello ………Kendhang ciblon/batangan

Bas ………..Gong

4. Irama Keroncong

Irama yang dimaksud disini adalah seperti halnya musik-musik barat yang mempunyai rhythm Pattern atau biasa disebut dengan pola ritme.Dalam musik keroncong ada beberapa rhythm pattern/pola ritme yang biasa dimainkan yaitu:

· Irama engkel (diperagakan)

· Irama dobelan (diperagakan)

· Klasik/petikan (diperagakan)

· Kentrungan (diperagakan)

Berbicara irama keroncong tentunya tidak bisa lepas dari gaya permainan. Dalam musik keroncong ada beberapa gaya permainan yang sangat menonjol

· Gaya lama

Pada permainan gaya lama (diperkirakan sebelum tahun 1930-an),alat-alat yang digunakan banyak perbedaannya apabila dibandingkan dengan besetting alat yang ada sekarang ini,seperti penggunaan ukulele besar dan kecil dengan 4 atau 5 tali,yang cara permainannya dengan cara di garuk. Penggunaan Gitar yang lebih dari satu,adanya mandolin untuk memainkan nada-nada tinggi pengganti gitar. Pada permainan gaya lama,Rebana berfungsi seperti cello pada saat ini. Bas belum dipakai,sebagai gantinya dipakailah gitar. Sedangkan Biola dan Flute belum digunakan pada permainan gaya lama.

· Gaya Jakarta

Pada permainan gaya Jakarta alat musik cuk dimainkan dengan cara menggarut keempat talinya secara bersamaan. Pada irama engkel digarut 4 kali sedangkan untuk irama dobelan digarut 8 kali (dalam satu birama 4/4).Sedangkan cak (banjo) justru dimainkan seperti ukulele ( gaya Solo). Pola permainan gitar gaya Jakarta sangat tenang meskipun dibeberapa birama tertentu dia akan memainkan irama dobel. Dan yang lebih utama bahwa gitar ini berfungsi sebagai komando yang memberi tanda untuk masuk irama dobelan. Cello gaya Jakarta sangat lincah dan menghentak-hentak dan sering menggunakan nada ke enam pada tonika,sehingga menimbulkan suasana yang riang. Fungsi Bas pada gaya Jakarta ini hampir sama dengan gaya lama ataupun gaya Solo yang memainkan chord dan contranya saja. Permainan Biola dan Flute sangat lincah dan saling mengisi satu sama lain termasuk juga mengisi kekosongan pada vocal.

· Gaya Solo

Pada mulanya permainan gaya Solo hampir mirip dengan gaya Jakarta . Namun ada satu kejadian yang pada akhirnya berpengaruh besar pada pola permainan keroncong gaya Solo yaitu pada tahun 1958 ada seorang pemain cuk Radio Orkes surakarta,yang bernama Abdul Razak (alm),ketika sedang memainkan ukulele dengan digaruk tiba-tiba salah satu dawai stemnya turun .Untuk menghindari dawai yang tidak tuning (fals) tersebut maka dia tidak memainkan dengan digaruk melainkan di petik (seperti permainan Cuk sekarang ini).Gaya ini akhirnya banyak ditiru orang,sebagai gaya permainan Abdul Razak. Untuk mempermudah permainan dengan cara dipetik (bahkan kadang diselingi trill) maka cuk hanya menggunakan tiga tali dengan stem E ( E,B,G). Cak dimainkan dengan cara digarut sesuai akor lengkap dan dimainkan disela-sela cuk,demikian pula untuk irama dobel ,antara cak dan cuk serasa saling berkejar-kejaran tanpa berbenturan. Permainan Gitar gaya Solo mengalir tenang bagai pukulan gambang pada kerawitan jawa,yang berfungsi pula sebagai penjaga tempo apalagi waktu memainkan irama dobelan. Sesuai dengan kaidahnya dalam musik kerawitan ,Cello disini benar-benar mengadaptasi suara kendang yang berfungsi sebagai pengatur irama dari engkel ke dobel ataupun sebaliknya. Bas hanya menggunakan tiga tali ( G,D dan A).permainannya pada dasarnya sama meskipun lebih bervariasi bila dibandingkan gaya Jakarta ,terutama sebelum masuk bagian ole-ole (Reff). Seperti layaknya Rebab,Biola hanya sebagai pengantar penyanyi untuk intro lagu dan selanjutnya hanya berfungsi sebagai background saja.Demikian pula halnya dengan Flute kurang lebih fungsinya sama dengan Biola.

Pada perkembangan selanjutnya keroncong sempat mengalami masa

‘turun-naik’. Pada sekitar tahun 1979 tokoh musik keroncong yang sangat berpengaruh yaitu Budiman BJ seorang violinist asal semarang mampu menampilkan ciri baru dalam penyajian musik keroncong dengan orkes Panorama dan Bintang Jakarta yang sampai saat ini pun masih banyak dijadikan acuan bagi grup-grup keroncong terutama gaya permainan biolanya. Disamping Budiman BJ masih ada tokoh –tokoh keroncong yang sempat membawa pengaruh bagi perkembangan musik keroncong,antara lain jendral Pirngadi yang tentunnya dibantu oleh para musisi keroncong membentuk keroncong beat,dengan menggunakan gitar elektrik dan drum. Maraknya langgam jawa menginspirasi untuk memasukan unsur gamelan dalam musik keroncong sehingga lahirlah apa yang disebut campursari,dan Manthous lah tokoh yang berpengaruh sekitar tahun 1990-an dalam musik campursari ini.

Dengan uraian diatas,masih adakah keraguan untuk mengakui bahwa musik keroncong adalah musik Indonesia Asli,yang lahir di bumi Nusantara dan merupakan salah satu ‘Genius Product’ bangsa Indonesia .

Dengan mengetahui bentuk lagu dan ciri-cirinya yang khas dari musik keroncong,tentu kita bisa membandingkan dengan jenis musik apapun didunia ini termasuk lagu-lagu bangsa Portugis,adakah kesamaan atau kemiripannya..? karena salah satu ciri yang paling utama terutama dalam lagu bentuk keroncong asli adalah adanya batasan-batasan yang tidak boleh dilanggar,dan pembuatan pakem-pakem ini tentulah seniman yang memiliki kedekatan dengan seni musik yang menggunakan aturan-aturan yang mengikat,yang jarang di temukan di musik barat.


dIKUTIP DARI : WWW.TJROENG.COM

Pengamen dan Wajah Sosial Jakarta

Posted by: Admin in Edisi 05

Oleh M. Roy Taniago

Rasanya, kehidupan di Jakarta, juga kota-kota laina di Indonesia tak pernah lepas dari kejaran untuk bertahan hidup. Tiap warga, terlebih mereka yang kecil, serasa dipaksa untuk melakukan apapun untuk menyambung hidup.

Kota Jakarta, sebuah kota angkuh yang katanya tak pernah tidur, menampilkan dirinya dalam berbagai wajah. Salah satu wajahnya adalah kehidupan jalanannya yang sesekali hangar-bingar, sesekali sunyi senyap. Wajah yang penuh gejolak. Wajah yang penuh ketegangan, juga sendu penuh romansa.

Pada wajah ini, sesekali kita menyaksikan kehidupan jalanan yang diperankan para sopir dan kenek angkot; preman-preman; pengasong rokok, makanan, minuman, pemulung dan pekerja serabutan; hingga pengemis dan pengamen. Dan yang terakhir disebut ini amat fenomenal. Kehadirannya yang sesekali mengganggu, meresahkan, sekaligus menghibur dan dibutuhkan.

Pengamen sudah menghiasi sudut-sudut jalanan ibukota sejak lama. Mereka bak cendawan yang tumbuh subur musim penghujan. Tanpa dirawat pun mereka bertumbuh dan berdiri sendiri. Kalau cendawan ada karena kondisi yang lembab, pengamen ada karena kondisi masyarakat yang sembab. Kehadiran mereka seakan mewakili para warga yang dimarjinalkan tadi, memerankan lakon kegetiran anak manusia yang berjuang hidup di ibu kota.

OK Matraman

OK Matraman

Pengamen: Sebuah citra yang tak menyenangkan

Pengamen, yang selalu dapat kita jumpai tiap hari di jalanan, di bis kota, di rumah makan, di terminal, di peron, maupun di rumah-rumah warga, menempati posisi yang tak menguntungkan pada kelas sosial masyarakat. Dengan segala perjuangannya mereka dengan tegas menolak label yang diberikan masyarakat pada mereka. Bagi mereka, pekerjaan mengamen sama mulianya dengan profesi lainnya. Dan oknumlah yang melahirkan konotasi negatif dari profesi ini Sama seperti konotasi negatif bagi polisi, pejabat, pengusaha, seniman, dokter, guru yang diimbaskan oknum.

Namun bagi masyarakat yang tak mau tahu dengan pembelaan tersebut, profesi pengamen tetaplah bernada miring, fals. Masyarakat tak mau tahu dengan pencitraan pengamen yang diciptakan oknum. Yang mereka tahu, pengamen adalah kumpulan manusia kalah yang malas, pemaksa, dan amat mengganggu.

Memang, banyak pengamen yang hanya menjual jasa dengan amat ala kadarnya. Ada yang hanya bertepuk tangan sambil mengeluarkan suara yang sumbang, ada yang membawa imitasi tamborin yang terbuat dari botol plastik bekas yang diisi pasir atau beras, atau pengamen yang membawa gitar yang senarnya tak pernah lengkap dan penalaannya tidak tertata. Belum lagi ada sekelompok pengamen yang membawakan lagu yang tak selesai kemudian disusul dengan tindakan memaksa yang setengah mengancam untuk diberikan uang.

Hal-hal macam di ataslah yang membuat citra pengamen tak lebih dari semacam pengemis atau penodong. Cuma wajah dan caranya yang beda, lebih halus, lebih kreatif. Akhirnya, para pengamen menjadi bagian dari warga kota yang termarjinalkan. Bagian dari masyarakat bawah tanah yang diciptakan oleh sistem sosial bangsa yang karut-marut ini. Mereka ada, tapi sengaja dikeluarkan dari lingkaran sosial masyarakat umum. Sebuah pertaruhan akan kebudayaan!

Melawan persepsi

Para pengamen yang sadar akan persepsi masyarakat yang keliru menggeneralisir citra mereka, berusaha melawannya. Mereka menantang persepsi tersebut dengan menampilkan citra diri mereka sesungguhnya. Dengan susah payah mereka mendobrak konotasi negatif tentang mereka. Sebagian dari mereka bahkan mengumpulkan diri dalam macammacam komunitas pengamen. Salah satunya adalah Kelompok Pengamen Jakarta (KPJ). Dalam komunitas ini mereka berusaha menyatukan suara dan sikap terhadap keberadaan mereka. Semacam deklarasi pendek atau proklamasi singkat mengenai kemerdekaan para pengamen sesungguhnya.

Di komunitas inilah rupanya mereka melakukan perlawanan persepsi masyarakat dengan menyeragamkan sikap. Dari menyeragamkan prilaku ketika membawakan lagu, ketika meminta biaya jasa, sampai mengarang lagu yang mewakili keberadaan mereka. Tak jarang lirik yang dinyanyikan berisi sindiran kepada penumpang bis atau pejabat pemerintahan.

Pengamen, Sebuah Dilema

Kehadiran pengamen yang berjalan seiring dengan kehidupan kota Jakarta memang sangat fenomal. Kehadiran mereka yang terus bertambah seakan ingin menyadarkan masyarakat bahwa kelahiran mereka dibidani oleh sikap skeptis masyarakat pula. Seperti ingin menunjukkan ketidakmampuan masyarakat dalam mengakomodir warga yang termarjinalkan. Dalam hal ekonomi sudah jelas posisi pemerintah dan pemegang sektor modal yang dipertanyakan. Dalam hal kebudayaan, kalau profesi mengamen dapat dipelihara dengan baik oleh kelembagaaan, dapat memperkaya khazanah budaya bangsa Indonesia. Bahkan di negara maju sekalipun seperti Jerman dan Austria, pengamen selalu hadir dalam kehidupan masyarakatnya sebagai bagian dari budaya.


Dikutip dari : www.tjroeng.com

We Cen Yu Mengubah Hidup Didi Kempot

Posted by: Admin in Edisi 05

“Wah kamu anak Ranto Gudel ya ?”, mendengar pertanyaan itu Didi Kempot remaja yang sedang asyik mengamen tak jauh dari rumahnya, langsung ambil langkah seribu. Didi, di masa remajanya memang dikenal sebagai anak bandel, pemberani, dan nekat. Maka nekat pula ketika ia memutuskan untuk mengamen di sebuah rumah yang hanya berjarak delapan rumah dari tempat tinggalnya. “Saya mulai mengamen ketika masih kelas 3 SMP”, ungkap Didi. “Saya ngamennya sembunyi-sembunyi, takut ketahuan Bapak”, ungkap pria bernama asli Didi Prasetyo ini. “Awalnya mengamen juga hanya sekedar tes mental”, imbuh Didi sambil terkekeh.

Gitar pertama yang Didi miliki merupakan buah kebandelannya. “Ketika kelas 2 SMA, sepeda pemberian Bapak saya jual untuk membeli gitar”, ungkap Didi. Berbekal gitar seharga 4000 rupiah itulah Didi mengembara sebagai pengamen, dan Jakarta menjadi tujuannya. Bagi Didi, seperti juga yang ada dalam benak banyak orang, nampaknya Jakarta masih menjadi primadona untuk mewujudkan mimpi.

Didi Kempot, sebagai anak seorang Ranto Gudel, anggota Group Lawak Srimulat yang saat itu sedang jaya-jayanya, sebenarnya kehidupannya cukup berada. Tetapi keinginan yang besar untuk mandiri, mengalahkan nasehat ayahnya, yang menginkan Didi sukses di sekolah. Berbekal nasehat ayahnya yang berbunyi,”Masa depanmu tergantung kamu sendiri”, berangkatlah Didi ke Jakarta.

Mengamen dan mencipta lagu

Ketika pertamakali Didi menginjakan kaki tanah Jakarta, Mamik Srimulat, yang juga kakak Kandung Didi sudah cukup dikenal sebagai pelawak yang sukses. Namun hal itu tidak membuat Didi mau berenak-enak tinggal bersama kakaknya. Malah ia memilih tinggal bersama kawan-kawannya, dengan mengontrak sebuah rumah yang mepet dengan kandang kambing. “Saya ingin seperti Mas Mamik, yang memulai karir dari nol”, ungkap Didi.

Bakat seni memang mengalir deras di darahnya. Didi pun mulai mahir mencipta lagu. “Lagu-lagu yang saya ciptakan tadinya hanya saya nyanyikan sendiri saat mengamen”, ungkap Didi. Karena lagu-lagu ciptaan Didi sangat indah untuk dinyanyikan, lama kelamaan banyak pengamen jalanan yang sering membawakan lagu-lagu ciptaannya. Dari situ mulai Didi dikenal di banyak orang. Sampai suatu ketika kelompok Lenong Bocah mengajak untuk rekaman di TVRI. “Meski honornya tidak seberapa tetapi bangganya itu lho … luar biasa”, jelas Didi.

“Suatu saat Mas Mamik mengabarkan, saya akan dipertemukan dengan Mas Pompi, musikus yang mantan anggota No Koes. Sebelum berangkat, saya mandi di rumah Mas Mamik dan ganti pakaian. Wah, saya geli sendiri. Meski dipantas-pantaskan dengan baju bagus Mas Mamik, tetap saja saya bertampang pengamen”, ungkap Didi sambil kembali terkekeh. “Kami bertemu Mas Pompi di studionya di kawasan Depok Lama. Saya pun dites dengan menyanyikan lagu-lagu karangan saya sendiri. Ternyata lulus”, imbuhnya. Akhirnya Didi pun diajak rekaman dengan lagu andalan We Cen Yu. “Itu bukan lagu Mandarin, tapi singkatan Kowe Pancen Ayu (kamu memang cantik - Red.)”, ungkap pencipta lagu Sewu Kuta ini. Dan We Cen Yu akhirnya mampu secara perlahan merubah kehidupan Didi.

Ketika menerima bayaran, Didi kaget luar biasa. Saat itu ia total menerima Rp 1,2 juta. “Wah, saya bingung melihat uang sebanyak itu. Maklum biasanya cuma dapat recehan”, ungkap Didi. Uang itu oleh Didi dibawa pulang ke Solo, lalu dibelikan nisan untuk almarhumah neneknya. “Beliaulah yang membesarkan saya sampai remaja”, jelas Didi.

Setiap tahun ke Suriname

Suatu saat, tanpa diduga musisi Is Haryanto menawarinya show ke Suriname. Tanpa berpikir soal honor, tawaran itu langsung ia terima. Pengalaman baru langsung didapat. “Seumur-umur baru saat itu saya naik pesawat”, ungkap Didi. “Yang namanya pakai sabuk pengaman saya tidak bisa, ke toilet juga enggak tahu caranya membuka pintu”, ungkap Didi.

Show pertama Didi sangat sukses. Lagu We Cen Yu sangat digemari masyarakat Suriname. Selanjutnya, hampir tiap tahun Didi show ke Suriname. Waktunya pun cukup panjang. Setiap show makan waktu sekitar 4 bulan. Kesempatan selama di sana juga Didi manfaatkan untuk menciptakan lagu. Didi pun berhasil masuk dapur rekaman di Suriname. “Sampai sekarang sudah 16 album yang saya hasilkan di sana”, ungkap Didi. Sebuah pencapaian yang luar biasa. Saking seringnya lagu-lagunya diputar di Radio Bangsa Jawa, Didi pernah dinobatkan sebagai artis Teladan Pop Jawa. Bahkan, Presiden Suriname juga pernah memberi penghargaan Gold Man untuk Didi. Jalan hidup Didi Kempot seolah hendak mau menyampaikan kepada kita semua, bahwa mimpi bisa diraih melalui perjuangan, keseriusan, dan hanya sedikit keberuntungan.

Didi Kempot tentang Keroncong

Ditengah kesibukan luar biasa, Didi menyempatkan hadir pada “Sarasehan Keroncong 2008”, yang diselenggarakan oleh Tjroeng dan Sundari Soekotjo di Kota Solo awal Agustus 2008 yang lalu. Pada kesempatan itu Didi memberikan komentar tentang ketidak setujuannya bahwa keroncong saat ini tidak berkembang. “Saat ini keroncong masih mengalami perkembangan walaupun perkembangannya kurang menggema”, jelas Didi. Maka perlu dilakukan berbagai upaya supaya keroncong semakin hidup dan terus berkembang, tidak tergerus oleh perjalanan waktu. “Perlu diadakan lomba cipta lagu keroncong yang bekerja sama dengan recording studio”, usul Didi. “Menciptakan lagu-lagu keroncong baru, dengan bit yang berbeda namun dengan nuansa keroncong yang kuat”, imbuh Didi. Sebagai bentuk kepeduliannya terhadap keroncong, Didi juga sedang berupaya untuk memperkenalkan Rencong Solo (Regae Keroncong Solo). Sebuah upaya yang patut diapresiasi mengingat perkembangan keroncong masih terbatas pada pakem, dan masih sedikit musisi yang berani untuk melakukan perubahan.

Dikutip dari : www.tjroeng.com

Kreatifitas Bung Djaduk

Kreativitas Bung Djaduk

Posted by: Admin in Edisi 05

Djaduk Ferianto

Djaduk Ferianto

Nama Djaduk Ferianto langsung mengingatkan pada musik dan kebudayaan. Kreativitasnya dalam dunia musik dan teater tidak diragukan lagi. Kelompok Kua Etnika dan Orkes Keroncong Sinten Remen tidak terlepas dari campur tangannya, dan pada sisi ini eksistensi Djaduk semakin dikukuhkan. Popularitas Djaduk Ferianto (44 tahun) tidak dibatasi oleh grup musik yang ia pimpin, namum jauh melampauinya. Keterlibatan mas Djaduk sebagai salah satu Juri dalam Akademi Fantasi Indonesia (AFI), juga dalam mendesain acara Pasar Rakyat menjadi poin tersendiri.

Ketika dihubungi oleh Tjroeng, Mas Djaduk memberikan beberapa respons yang luar biasa sehubungan dengan perkembangan musik keroncong di Indonesia. “Latar Belakang saya menggeluti keroncong, ya karena Keroncong adalah salah satu aset yang kita punya, saya ingin mencoba mengembalikan keroncong pada publiknya yang terkini. Artinya waktu telah berjalan, masyarakat juga berkembang,kita harus cepat tanggap dan harus kita olah tidak meninggalkan spriritnya . Produk seni bisa hidup karena didukung oleh masyarakatnya,” jelasnya..

Musik keroncong di tangan lelaki berewok yang juga aktif dalam penolakan RUU Pornografi terasa sangat berbeda dengan musik keroncong pada umumnya. Bersama kawan-kawannya di OK Sinten Remen, keroncong menjadi sangat dinamik dan kaya.

”Musik keroncong saya itu kelihatan modern pada saat ini,besok pasti gak modern juga to. Yang modern itu pikirannya bukan fisiknya. Urusan pakem dan tidak pakem itu bukan urusan saya. Karena saya masih manusia punya hak untuk berbuat syukur-syukur bisa mengembangkan. Kan yang bikin nilai-nilai tadi juga manusia to……jadi syah. Haa….ha…ha kan nggak ada UU nya orang bikin musik keroncong harus seperti yang mereka ugemi. Itu yang menjadikan ruang gerak kita sempit,” tegasnya menyikapi nasib keroncong yang miskin akan kreativitas.

Bebaslah berekspresi jangan takut …

Dibandingkan musik-musik lain, seperti Dangdut, Rock dan Pop, musik Keroncong nampaknya tertinggal jauh, terutama sekali bila dilihat dengan kacamata industri musik. Pada sisi ini, langkah yang diambil lelaki yang bertubuh cukup subur ini adalah berbuat semaksimal mungkin, selalu berkarya sebanyak mungkin. ” Berbuat semaksimal mungkin. Indrustri musik itu dikuasai sama pemilik modal, nah kita ini modalnya hanya semangat……ya sudah berjalan terus dan bekerja dengan jujur.”

Pada titik ini nampaknya industri musik jauh, meninggalkan keroncong di belakang. Tuntutan kreativitas dan menyikapi jaman secara lebih spontan nampaknya jauh dalam tema musik keroncong itu sendiri, sehingga nampak jelas bahwa musik keroncong masih terpaku pada musik yang nostalgic dan kurang bisa merespons perubahan jaman secara cepat. Gairah baru dalam dunia keroncong perlu dikembangkan.

Kegundahan hati Djaduk Ferianto terhadap musik keroncong sangat terasa. Dalam hal kehidupan seniman keroncong yang hidup di jalanan lewat ngamen atau pun pentas dari panggung ke panggung, meski hal ini secara riil mampu mengisi perut si seniman, namun hal itu nasibnya keroncong banget.

Dikutip dari : www.tjroeng.com

Sejarah Musik

Sejarah Musik

  1. Sejarah Musik Klasik Sejak Musik Gregorian (S90)

- Musik klasik dimulai dengan penemuan notasi Gregorian tahun s90 oleh Paus Agung Gregory, berupa balok not dengan empat garis, namun notasi belum ada hitungannya/ iramanya (hitungan berdasarkan perasaan penyanyi), sifat lagu masih sebagai lagu tunggal (monofoni). Paus Gregory semasa hidupnya telah mencatat lagu Gereja dengan notasi Gregorian tersebut.

- Sebelum tahun s90 musik mengalami kegelapan tidak ada peninggalan terutlulis yang dapat dibaca.

  1. Musik Organum (1150-1400)

- Organum = menyanyi dengan nada yang sama, nada atas dinyanyikan oleh wanita / anak-anak, sedangkan nada rendah dinyanyikan oleh laki-laki. Sehingga terjadi susunan lagu berjarak oktaf, suara tinggi (wanita / anak-anak) dan suara rendah (laki-laki)

2. Musik Diafoni (1400-1600)

- Musik Diafoni

a. Dia (=Dua)

b. Foni (=Suara)

à Suara yang kuat lebih rendah mengikuti melodi, kuart tinggi maupun kuart rendah.

3. Musik Polifoni Era Baru (1600-1725)

à Musik yang arahnya berlawanan (bermelodi banyak) sehingga nada atau titik (punctus=point) bergerak secara mandiri atau berlawanan (counter), lalu lahirlah kontrapun (counter point = Kontra punt)

- Perintis = Komponis Giovani Perluigi da Palestina (1515 – 1594)

- Johan Sebastian bach (1685 – 1750) adalah salah satu empu musik polifoni dengan teknik kontrapun yang sangat tinggi. Karena disusun seperti matematika. Hamper semua komponis era baru (1600 – 1725) menyusun dengan teknik kontrapun, missal George Frederic Handle (Inggris), Jean Remeau (Perancis), Correlio (Italia), dll.

- Papa Yakoh = lagu rakyat dengan gaya polifoni

- Pada awalnya orang menyusun dengan kontrapun terikat / Strict Counterpoint, namun kemudian mendapat kebebasan berdasarkan teori Kontrapun Bebas / Free Counterpoint

4. Musik Homofon Era Klasik (1750 – 1825)

- Musik Homofon à Susunan akord yang berdasarkan tri – suara (triad), sehingga berkembang empat suara/lebih dan kontrapun menjadi variasi melodi yang kontrapuntis.

5. Musik Klasik Era Romantika (1820 – 1910)

- Hampir tidak ada perubahan dalam kontrapun dan harmoni secara fundamental. Namun ada kemajuan dalam orkestrasi lengkap (dengan penemuan alat musik)

- Era romantika adalah yang terakhir dan masih dapat diterima dengan pendengaran masyarakat umum terutama pada musik opera, musik balet, dan walsa wina.

6. Musik Klasik Modern (1910 – sekarang)

- Musik modern dengan menggunakan musik Atonal dan Politonal telah jauh dari penggemar musik yang menyenangi musik konvensional, karena suara yang disonan dan irama yang tidak teratur membutuhkan konsentrasi dalam mendengar.

  1. Sejarah Musik Pop Sejak 1920

- Pertama kali berkembang di Amerika Serikat tahun 1920 dengan rekaman pertama kali dibuat berdasarkan penemuan Thomas Edison.

- Setelah Perang Dunia I berakhir (1918), amaka musik di benua Amerika lahir yang disebut dengan musik Populer. Musik ini terutama sebagai musik lantai dansa yang pada waktu itu menjadi popular sekali dan digemari oleh masyarakat seluruh dunia.

1. Musik Ragtime di Amerika Serikat (1890 – 1920)

à Musik Amerika yang dipengaruhi oleh etnis Afrika-Amerika dan musik klasik Eropa.

- Mempunyai tempo / irama yang cepat dengan dominasi sinkopasi, namun ada juga yang berirama agak lamban.

- Biasanya dimainkan khusus dengan piano gaya ragtime (cincang-babi) dan para pianis dan para pencipta antara lain Scott Joplin (1868 – 1917), James Scott (1885 – 1938), dan Joseph Lamb (1887 – 1959)

2. Musik Blues di Amerika Serikat (1895)

- Lahir dari etnis Afrika – Amerika di semenanjung Delta Mississippi pada akhir abad XIX sekitar tahun 1895 dan berlangsung hingga kini

- Lahir dari kehidupan para budak yang bekerja sebagai buruh tani ras Afrika di Amerika, dimana pada saat mereka bekerja atau istirahat sore hari mereka melantunkan lagu-lagu sedih (blues) yang khas melodi ras Afrika dengan lirik-lirik budak yang tertindas pada waktu itu.

- Pada awalnya hanya dinyanyikan tanpa iringan instrument, kemudian baru mereka mempergunakan alat petik gitas sebagai iringan

- Belakangan musik blues mempengaruhi perkembangan musik jazz, country, dan rock.

- Para pemusik blues dan pencipta blues rata-rata orang hitam Amerika. W.C Handy (1873 – 1958) adalah bapak blues. Lagu Aunt Hagar’s Children dan Saint Louis Blues diterbitkan pada tahun 1914 dan 1921

3. Musik Amerika Latin (1857)

- Beberapa ciptaan pada waktu itu dengan pengaruh antara lain dari George Bizets Hababera dari Opera Carmen (1857), Scott Joplin’s Mexican Serenade, Solace (1902), Maurice Ravels, Rapsodie Espagnole (1907), dan Bolero (1928).

- Dimulai sejak dansa yang dikenal (1920). Dansa Tango menjadi salah satu ballroom dance yang terkenal pada tahun 1920 di Amerika Serikat maupun eropa, dimana lagu Tango yang bertangga nada minor dan melankolik, serta step dansa yang agresif. Setelah itu tahun 1930 dan 1940 berkembang menjadi salah satu musik yang digemari didunia dengan tokoh seperti Xavier Cugat, Peres Prado, dll. Irama yang berkembang pada waktu itu adalah Rhumba, Samba, Conga, Salsa, Mabo, dll.

4. Musik Country

- Sering diidentitaskan dengan musik Cowboy (penggembala sapi)

- Musik ini lahir pada rekaman permainan biola country John Carson dengan rekaman “Little Log Cabin in The Lane” oleh Okeh Records pada tahun 1923. kemudian lahir rekaman oleh Columbia pada tahun 1924 “Old Familiar Tunes”. Seperti diketahui steel guitar masuk country pada tahun 1922, dimana jimmie Tallton bertemu dengan Hawaiian guitarist Frank Ferera di Pantai Barat Amerika

- Mulai tahun 1927, selama 17 tahun Carter merekam sekitar 300 old-time ballads, lagu tradisional, lagu country, dll.

- Pada tahun 1930 dan 1940-an lagu Cowboy menjadi popular disemua Film Hollywood. Dan tahun 1939 irama Boogie-woogie menjadi terkenal

Dikutip dari : www.arkandas.wordpress.com

Lirik Lagu Mikha Tambayong


Ku tak tau
Mengapa aku malu
Setiap aku tau dia didekatku

Aku susah
Bila dia tak ada
Tak ingin jauh ku darinya

Reff :
Ada rasa
Yang tak biasa
Yang mulai kurasa yang entah kenapa

Mungkinkah
Ini pertanda
Aku jatuh cinta
Cintaku yang pertama

Tuhan tolong berikan isyarat
Semoga ada jawaban atas doaku
Gelisah aku mendambakan cinta
Yang indah tanpa air mata

Dikutip dari : www.pondoklagu.com

Kamis, 22 Oktober 2009

ALAT MUSIK

Alat musik merupakan suatu instrumen yang dibuat atau dimodifikasi untuk tujuan menghasilkan musik. Pada prinsipnya, segala sesuatu yang memproduksi suara, dan dengan cara tertentu bisa diatur oleh musisi, dapat disebut sebagai alat musik. Walaupun demikian, istilah ini umumnya diperuntukkan bagi alat yang khusus ditujukan untuk musik. Bidang ilmu yang mempelajari alat musik disebut organologi.

Alat musik berdasarkan sumber bunyinya

https://blogger.googleusercontent.com/img/b/R29vZ2xl/AVvXsEgBJ6dT-8hKhGf2H2nNeFPMirtvzjZkySRZ7W8s92lPv_CSKZblsTdETAqit87pAWBz8e7XEs9i5bb_ii4JAjd_dgt5wLB4zkJtAkfRTxUxFHO-cGHHcSBPpz8GmHGgCvBJkgMr5jDoEng/s320/Alat+Musik.jpg

  • Idiofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari bahan dasarnya. Contoh: kolintang, drum, bongo, kabasa, angklung
  • Aerofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari hembusan udara pada rongga. Contoh: suling, terompet, harmonika, trombone.
  • Chordofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya berasal dari dawai. Contoh: bass, gitar, biola, gitar, sitar, piano, kecapi
  • Membranofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dari selaput atau membran. contoh : tifa, drum, kendang, tam-tam, rebana
  • Elektrofon, adalah alat musik yang sumber bunyinya dibangkitkan oleh tenaga listrik (elektronik). Contoh : kibor, gitar listrik, bass elektrik


Alat musik berdasarkan cara memainkan

http://4.bp.blogspot.com/_JuwKlds4yvo/SiNbZWOVDvI/AAAAAAAAAFg/o8whJQ-M9KQ/s320/main.gif

  • Alat musik tiup menghasilkan suara sewaktu suatu kolom udara didalamnya digetarkan. Tinggi rendah nada ditentukan oleh frekuensi gelombang yang dihasilkan terkait dengan panjang kolom udara dan bentuk instrumen, sedangkan timbre dipengaruhi oleh bahan dasar, konstruksi instrumen dan cara menghasilkannya. Contoh alat musik ini adalah terompet dan suling.
  • Alat musik pukul menghasilkan suara sewaktu dipukul atau ditabuh. Alat musik pukul dibagi menjadi dua yakni bernada dan tidak bernada. Bentuk dan bahan bagian-bagian instrumen serta bentuk rongga getar, jika ada, akan menentukan suara yang dihasilkan instrumen. Contohnya adalah kolintang (bernada), drum (tak bernada), dan bongo (tak bernada).
  • Alat musik petik menghasilkan suara ketika senar digetarkan melalui dipetik. Tinggi rendah nada dihasilkan dari panjang pendeknya dawai.
  • Alat musik gesek menghasilkan suara ketika dawai digesek. Seperti alat musik petik, tinggi rendah nada tergantung panjang dan pendek dawai.


Alat musik tekan

http://2.bp.blogspot.com/_FPQVXNnkcHg/SfbX1m6P0JI/AAAAAAAAACQ/vndEet62jaM/S692/alu+si+au....jpg
Sebenarnya 'alat musik tekan' tidak termasuk kategori mana pun. Namun cara menekan rupanya menjadi bagian dari sistem menghasilkan bunyi yang diinginkan. Alat musik tekan memiliki tiga jenis yaitu: menekan untuk memukul, menekan untuk meniup, dan menekan untuk mengaktifkan sistem elektronik. Jadi kalau boleh dikategorikan, 'alat musik tekan' antara lain piano akustik (chordofon pukul), organ akustik (aerofon) , acordion (aerofon) dan alat-alat musik elektronik yang menggunakan papan kunci (keyboard).

Alat musik elektronik


Alat musik elektronik menghasilkan suara tiruan dari alat musik aslinya (akustik). Istilah synthesizer dipakai untuk alat musik yang menggunakan papan kunci (keyboard). Sedangkan alat musik elektrik digunakan untuk alat-alat musik yang dilengkapi dengan komponen elektronik. Alat ini cara memainkannya sama dengan alat musik akustik. Misalnya gitar elektrik, drums elektrik, dan bass elektrik.

Single band

http://uploads.iklanmax.com/119705/modem-cdma-venus-vt-11-ruim-single-band-800mhz-dilengkapi-antena-outdoor-cdma-usb-venus-vt-11-150x150.jpg
Pesatnya perkembangan teknologi digital menyebabkan lahirnya alat-alat perangkat dengan kegunaan yang lebih efesien dan efektif seperti alat musik single band. Alat musik ini sangat praktis karena cukup dimainkan oleh satu orang. Di dalamnya terdapat irama (style), beragam suara, dan fasilitas simple recording. Yamaha menamakan perangkat ini dengan portasoundportable sound). Sementara Roland menyebut sebagai electone (electric tone). (

Murahnya harga perangkat dan efesiennya biaya, menyebabkan single band dewasa ini menjadi primadona bagi pihak-pihak yang menginginkan hiburan praktis ekonomis. Jika dibanding dengan full band yang minimal dimainkan oleh 4 orang ditambah sound system berkekuatan besar, maka single band menjadi pilihan alternatif yang cukup terjangkau.


dikutip dari wikipedia dan google